13 April 2009

Artifisial dan Kemuliaan

Yang artifisial kembali menang. Yang bermain-main dengan citra dan “bungkus” kembali mereguk simpati. Orang berharap pada kemegahan, pada kewibawaan, pada kekayaan, pada keteraturan, pada hasil akhir, pada masa lalu.

Orang berharap pada topeng, pada iklan, pada daging.

Eskapisme yang jadi epidemi jutaan manusia, dideteksi dengan mulus oleh industri. Ia mengolah, meramu dan memeras esensinya menjadi daging demi memuaskan indera. Keengganan berkutat dengan prinsip, nilai, kedalaman dan substansi dijerat dengan gampang oleh kapitalisme. Maka cara kita meneropong hidup juga menjadi beda sama sekali. Akhirnya, partai politik yang menang adalah partai yang kaya, besar dan bertokoh kharismatik, peduli setan dengan ideologinya.

Hajatan bersejarah; Pemilu kesepuluh bangsa ini usai digelar. Triwulan lagi Pemilu untuk presiden. Ini jejak-jejak yang tak mungkin dilalui mundur. Generasi masa depan akan tertawa mengejek manajerial berbangsa kita sembari merampungkan proposal tentang negara kesejahteraan (welfare state) yang sedang dimulai hari ini.

Sudahlah, bangsa kita mungkin bergerak maju, tapi ia belum kemana-mana.


* * *

Karya kolosal terakhir tentang Jalan Salib adalah milik Hollywood dan Mel Gibson. Film yang bercerita tentang darah dan daging. Tentang ketelanjangan kekerasan yang masif dan legal. Passion of the Christ menjadi produk industri yang harus hiperbolik, harus dramatis, harus mengharukan agar iba yang dilanggengkan. Agar larut dalam kesedihan tak berujung. Di mana persisnya semangat berbela rasa pada sesama di film itu? Di mana kasih, empati dan pemberian diri dalam adegan dan dialognya?

Sementara itu BBC memproduksi The Son of God dengan pertarungan bebas antara antropologi, sosiologi dan politik. Plus bumbu-bumbu grafis komputer nan cantik, jadilah ia karya modern yang juga merelatifkan iman.

Paskah tahun ini tetap istimewa apalagi ada Pemilu besertanya. Ritual pembasuhan kaki, penghormatan salib dan pembaruan janji baptis dipadukan dengan ritual black campaign, pengerahan massa dan gugat-menggugat.

Karena itu, serasa ada kemendesakan yang memaksa kita untuk selalu berpikir baik, berkata baik dan berbuat baik.


* * *

The Facts

Demokrat Geser Golkar dan PDI-P
Hujan Protes Warnai Pelaksanaan Pemilu
Jumat, 10 April 2009

Jakarta, Kompas - Tiga partai papan atas, yaitu Partai Demokrat, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, dan Partai Golkar, mengungguli perolehan suara dalam pemilihan umum legislatif, Kamis (9/4). Meski demikian, konfigurasi politik kini berubah karena Partai Demokrat berhasil menggeser dominasi PDI-P dan Golkar yang berjaya dalam pemilu-pemilu sebelumnya.

Dua partai baru, yaitu Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) dan Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura), berhasil menembus kelompok papan tengah bersama Partai Keadilan Sejahtera, Partai Amanat Nasional, Partai Persatuan Pembangunan, dan Partai Kebangkitan Bangsa.

http://cetak.kompas.com/read/xml/2009/04/10/08323012/Demokrat.Geser.Golkar.dan.PDI-P

* * *

Paskah dalam Damai

Paus Benediktus Serukan Rekonsiliasi di Timteng
Senin, 13 April 2009

Jerusalem, Minggu - Umat Kristen dari berbagai belahan dunia memenuhi setiap sudut Gereja Makam Suci di Jerusalem, Minggu (12/4), untuk merayakan Paskah. Di berbagai kota di dunia, perayaan Paskah berjalan dengan khidmat dan sarat pesan perdamaian.

Ribuan orang memadati kapel dan ruang bawah tanah Gereja Makam Suci yang diyakini umat Kristen sebagai tempat Yesus Kristus disalibkan dan bangkit. Aroma dupa dan senandung para peziarah memenuhi tempat yang diterangi nyala ribuan lilin itu.

Di Roma, Paus Benediktus XVI memimpin misa Paskah yang dihadiri puluhan ribu umat Katolik di Basilika Santo Petrus. Dalam pesan ”Urbi et Orbi” (Untuk Kota dan Dunia), Paus mengatakan bahwa rekonsiliasi adalah satu-satunya jalan untuk mengakhiri konflik Israel-Palestina.

No comments:

Post a Comment