29 March 2009

Ceruk, Hati dan Topeng

Ceruk itu jebol. Dari tempat yang awalnya menyumbang kehidupan, luapan air melenyapkan kehidupan sekitarnya. Ceruk itu berontak marah karena manusia tak lagi mampu menjaganya. Hujan menghasutnya untuk protes sembari mempertanyakan setiap upaya manusia yang seolah-olah bersahabat dengan alam, padahal mengekangnya. Persis seperti manusia dan hewan peliharaannya.

Adzan subuh yang khusuk tak kuasa menahan murka alam. Istri kehilangan suaminya. Bapak kehilangan anak-anaknya. Bayi-bayi kehilangan ibunya. Lagi-lagi manusia tunduk pada alam. Kita yang luput bencana dan mereka yang selamat harusnya juga selalu tunduk. Patuh pada suara alam yang tanpa lelah mengingatkan, betapa usaha kita tak pernah cukup.

Tanggul yang jebol itu seperti hati manusia yang telah lama jebol pula. Dinding yang menahan kita dari keserakahan dan nafsu tidak hanya keropos. Dia sudah runtuh berkalang tanah. Kitalah pelakunya. Maka cukuplah meratap. Bangkit, memetik hikmah dan sujud mohon ampun. Hentikan bertingkah seperti pejabat yang sombong, malu mengakui kesalahan. Kelak alam akan menghukumnya.

* * *

Gegap-gempita itu dimulai dengan sebuah deklarasi; siapapun yang terlibat wajib berlaku damai, menjaga ketertiban dan mematuhi etika. Tampaknya kita berperadaban tinggi, namun sejatinya kita masih kuno. Lihatlah cara mereka merebut simpati. Berpawai pamer kekuatan seraya membagi-bagikan uang dan barang seolah mereka bisa membeli kebebasan.

Kita belum beranjak dari politik pencitraan. Sulit meloloskan diri dari politik artifisial. Saking palsunya, rakyat sulit membedakan lagi kata-kata ini : ideologi, ketulusan, perjuangan, kepemimpinan, demagog…..

Tapi, partai dan politikus akan takluk-terkapar di bawah kaki rakyat yang cerdas-merdeka. Segera itu akan terjadi. Tidak ada lagi yang perlu ditunggu. Keangkuhan politik yang rapat terbungkus topeng harus segera dilumatkan. Jiwa bebas, hati penuh cinta dan harapan meluap-luap adalah awal dari politik luhur-mulia.

Selamat berkampanye. Tunggulah hingga engkau beringsut malu jika tidak bekerja untuk rakyatmu.

* * *

The facts

Akibat hujan deras yang turun selama lima jam pada Kamis (26/3/09) malam, tanggul Situ Gintung, Cirendeu, Tangerang Selatan, jebol, Jumat (27/3/09) sekitar pukul 05.00 wilayah seluas 10 hektar di Cirendeu menjadi porak-poranda diterjang air bah yang datang seperti tsunami. Tanggul dari tanah itu kembali runtuh sekitar pukul 13.00.

Sampai dengan pukul 22.00, data menunjukkan jumlah korban tewas mencapai
65 orang, 98 orang hilang, 52 orang cedera, dan 25 orang dirawat di Rumah Sakit Fatmawati. Sebagian besar korban yang tewas adalah perempuan dan anak-anak. (KOMPAS, 28/3/09)

http://cetak.kompas.com/read/xml/2009/03/28/04201148/Petaka.Dini.Hari

* * *

Kampanye terbuka yang berlangsung sepekan terakhir masih memprihatinkan. Pasalnya, kampanye belum menyentuh permasalahan dan kebutuhan masyarakat serta cenderung bersifat hiburan semata. Hal ini menunjukkan calon anggota legislatif dan partai politik belum melaksanakan etika politik.

No comments:

Post a Comment